Atap Di Berbagai Budaya: Tradisi Dan Inovasi

Atap Di Berbagai Budaya: Tradisi Dan Inovasi – 14 Oktober 2021 12:57 14 Oktober 2021 12:57 Diperbarui: 14 Oktober 2021 13:05 1359 2 0

Tengku Nasyaruddin Effendi atau Tenas Effendi (9 November 1936 – 28 Februari 2015) adalah seorang sastrawan dan budayawan asal Riau. Sebagai penulis, Effendi telah banyak menulis presentasi, seminar, diskusi dan lokakarya terkait Malaya, antara lain Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand Selatan, Filipina Selatan, dan Madagaskar. Effendi mempunyai nilai-nilai luhur dan pemikiran mendalam terhadap perkembangan kebudayaan Melayu. Tenas Effendi pertama kali menulis tentang kebudayaan pada tahun 1952. Saat itu dia sedang kuliah di Bengal. Terkait erat dengan kecintaan keluarga terhadap budaya Melayu, neneknya adalah seorang penyair terkenal pada masanya. Selain membacakan puisi, Nenek juga gemar menenun dan mengenakan pakaian adat Kerajaan Melayu di Pelalawan.

Atap Di Berbagai Budaya: Tradisi Dan Inovasi

Atap Di Berbagai Budaya: Tradisi Dan Inovasi

Tenas Effendi sudah mengenal budaya Melayu sejak kecil dan akrab dengan adat istiadat Melayu dalam kesehariannya, sehingga ia sedikit sedih melihat banyak nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam hubungan sosial Malaysia tidak lagi dianggap universal. . masyarakat. Menyadari hal tersebut, ia mencoba menulis, menghimpun, mengoleksi, mengkaji dan meneliti tentang kebudayaan Melayu dalam bentuk apapun, menurut Tenas Effendi, bangunan tradisional disebut “arsitektur” Melayu, khususnya untuk bangunan tempat tinggal. . Rumah bukan hanya sekedar tempat tinggal, namun juga simbol kesempurnaan hidup. Dalam banyak tradisi Maori, rumah disebut sebagai “cahaya dunia, tempat warisan anak cucu, benteng kekerabatan, tempat perdagangan kuno, dan hutang orang tua kepada anak”.

Mengenal Model Rumah Arab Saudi, Kekayaan Budaya Dan Tradisi

 Oleh karena itu bangunan ini disebut “mustahaq” dan dibangun dengan penuh kehati-hatian dan memperhatikan simbol-simbol yang mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakat pendukungnya. Hanya dengan cara inilah rumah diyakini akan memberikan kesejahteraan jasmani dan rohani yang terbaik bagi penghuni rumah dan masyarakat sekitar, namun dalam bentuk berbagai ukuran dan bahan bangunan, nama dan lokasinya. rumah. Seiring berjalannya waktu, gejala-gejala tersebut tidak lagi mudah diikuti. Banyak faktor budaya yang perlu diperhatikan, karena banyak tradisi yang terlupakan atau hilang di masyarakat akibat perubahan dan perubahan norma budaya yang berlaku.

Kebudayaan Maori di Riau didasarkan pada tiga bidang utama: Islam, budaya Melayu, dan budaya Melayu. Disintegrasi budaya dan tradisi membuat nilai-nilai aslinya semakin kuat dan kehilangan warna. Perubahan dan perubahan terlihat jelas dalam seni sejarah. Di seluruh wilayah Riau, semakin sedikit bangunan cagar budaya dan simbol-simbol di dalamnya yang hampir tidak diketahui masyarakat. Negosiasi, pertemuan, dan kerja sama untuk melaksanakan pembangunan sebagian besar ditinggalkan. Lokasi rumah sudah tidak lagi dikaitkan dengan kepercayaan masyarakat. Bentuk rumahnya sudah tergantikan dengan bangunan modern. Secara tradisional, bahan bangunan harus dipilih berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, tetapi sekarang bahan bangunan sudah banyak beredar di pasaran. Seperti dekorasi dan lainnya.

Tenas Effendi adalah seorang sarjana kebudayaan Malaysia yang mendirikan Yayasan Tenas Effendi untuk membantu para peneliti dan semua pihak yang ingin melakukan penelitian terhadap berbagai aspek kebudayaan Malaysia. Tenas bukanlah pengamat atau pejabat resmi, namun pemerintah daerah secara berkala meminta implementasi kebijakan. Bukan hal yang aneh jika Tenas mampu menyelesaikan berbagai permasalahan sosial. Sebagai tokoh sosial, Tenas terlibat dalam berbagai kegiatan pengelolaan masyarakat sebagai ketua, konsultan, dan direktur. Misalnya saja Pak. Tenas pernah menjadi Ketua Organisasi Adat Melayu Riau pada tahun 2000 hingga 2005, Ketua Pengurus Organisasi Adat Pelalawan pada tahun 2000 hingga 2015, Pembina Proyek Kebudayaan Petalangan pada tahun 1982 hingga 2015, dan Perwakilan Masyarakat Melayu Riau. Asosiasi dari tahun 2001 hingga 2015.

Rumah tua Maori adalah rumah yang lengkap, rumah keluarga, tempat pertemuan, situs warisan, dan tempat perlindungan bagi mereka yang membutuhkan. Secara tradisional, masyarakat Melayu di Riau mempercayai empat cahaya dunia: rumah, kebun, padi, dan anak kecil. Rumah harus dikelilingi oleh adat dan tradisi terbaik dunia. . Oleh karena itu, agar suatu rumah dapat disebut “rumah sesungguhnya”, rumah harus dibangun menurut adat.

Rumah Adat Citalang, Cagar Budaya Purwakarta Yang Terabaikan Halaman 1

Gaya rumah adat Melayu ditentukan oleh jenis atap seperti atap Bela Bubung, atap Limas, dan atap Lontik. Bangunan di tengah puncak atap terbuat dari batu padat dan kedua sisi atapnya miring ke bawah seperti huruf V terbalik. Namanya Atap Bela Bubung, Bubung Melayu atau Rabung Melayu. Kalau atapnya sangat curam disebut Lipat Pandan. Namun kalau atapnya datar disebut kajan lipat. Jika ditambahkan atap lain pada bagian bawah atapnya disebut Lantai Cemara, Lantai Muka, Lantai Sayap atau Atap Beringgam yang sangat mudah ditemukan. Atap jenis ini sudah lama menjadi ciri arsitektur rumah Indonesia. Namun tahukah Anda berapa banyak rumah di Indonesia yang beratap segitiga?

Atap berbentuk segitiga yang landai memudahkan mengalirkan air hujan dan mencegah air menumpuk di atap. Karena Indonesia memiliki iklim tropis, atap segitiga penting untuk menghindari kebocoran dan kerusakan bangunan.

Bentuk atap meningkatkan aliran udara alami. Aliran udara yang lancar membantu menjaga rumah tetap hangat, terutama saat cuaca panas.

Atap Di Berbagai Budaya: Tradisi Dan Inovasi

Atap berbentuk segitiga memungkinkan cahaya melewati ruang antara atap dan dinding. Ini membantu menghemat listrik untuk penerangan di siang hari.

Bpr Lestari: Berita Lestari

Bentuk atap segitiga lebih kuat dan tahan terhadap angin kencang. Hal ini penting karena Indonesia sering dilanda badai dan angin kencang.

Atap segitiga telah menjadi bagian dari arsitektur tradisional di banyak daerah di Indonesia. Gaya ini diturunkan dari generasi ke generasi dan menjadi ciri khas arsitektur Indonesia.

Dalam banyak kebudayaan Indonesia, atap segitiga bersifat simbolis. Bentuk segitiga diasosiasikan dengan gunung atau puncak dan melambangkan stabilitas, kekuatan dan kehidupan.

Atap segitiga mudah dibuat dan lebih murah dibandingkan bentuk atap lainnya. Karena mudah dibuat dan mudah digunakan, bahannya mudah didapat.

Uma, Rumah Adat Suku Mentawai Yang Erat Dengan Alam

Bentuk atap yang segitiga dapat memanfaatkan ruang dengan lebih baik. Ruang di bawah atap segitiga bisa dimanfaatkan sebagai lantai penyimpanan atau area lainnya.

Atap segitiga banyak digunakan di Indonesia karena alasan praktis, budaya dan tradisional serta alasan praktis dan ekonomi. Atap jenis ini terbukti efektif melawan iklim panas di Indonesia dan memiliki nilai estetika yang tinggi.

Ingin lebih banyak nasehat seputar kehidupan dan teknologi dan bergabunglah menjadi keluarga besar Universitas Mataram dengan mendaftar di unram.ac.id.

Atap Di Berbagai Budaya: Tradisi Dan Inovasi

Salt Without Salt: Pembaruan Power Bank Jepang – 7 Standar Sinkronisasi Paling Populer untuk Meningkatkan Kinerja Anda

Mengharap Berkah Dari Laku Merawat Adat Mapor Bangka

Kertas adalah situs web hiburan dan gaya musik Anda. Kami membawakan Anda berita dan video terbaru dari industri hiburan

INDONESIA terkenal dengan sumber daya alam dan keanekaragaman budayanya. Setiap negara mempunyai corak dan keunikannya masing-masing, salah satunya adalah bangunan kuno. Berikut 10 bangunan daerah terkenal di 10 provinsi Indonesia. Apakah Anda ingin mengetahui sesuatu? Ayo kita lihat!

Rumah adat Aceh berbentuk persegi panjang dan membentang dari timur ke barat. Rumah ini memiliki tangga menuju ke bagian depan rumah. Ketinggian tangga sekitar 2,5-3 m dari permukaan tanah. Secara umum jumlah anak tangga dalam pembangunan krong bade bervariasi, kurang lebih ada 7-9 anak tangga.

Ruma Gadang juga dikenal dengan Rumah Bagonjong Tua atau Rumah Baanjuan. Karena plafonnya terlihat tinggi. Terbuat dari ijuk dan berbentuk seperti tanduk kerbau melambangkan kemenangan masyarakat minang dalam lomba adu kerbau di pulau jawa.

Daya Tarik Kampung Tradisional Desa Wisata Sasak Ende

Secara umum Kabupaten Jambi mempunyai 3 jenis rumah adat, yaitu rumah adat Kajang Leko, rumah batu Pangeran Virokusumo, dan rumah adat Merangin. Rumah adat Kajang Leko merupakan jenis rumah adat yang paling terkenal di Jambi. Rumah adat ini menjadi simbol kebudayaan Jambi setelah ditemukannya model rumah adat oleh Taman Mini Inda Kajang Leko di Indonesia pada tahun 1970.

Disebut rumah kebaya karena bentuk atapnya seperti tempat duduk. Jika dilipat dan dilihat dari samping, lipatannya terlihat seperti lipatan kebaya. Keistimewaan rumah ini adalah denahnya yang luas untuk menjamu tamu dan bersantai bersama keluarga. Bagian depan rumah untuk umum dan bagian belakang untuk pribadi.

Terdapat 4 tipe rumah adat di Jawa Tengah: Panggangpe, Kampung Bentuk, Limasan dan Joglo. Joglo adalah resor paling populer, diikuti oleh Limassol. Rumah Joglo berbentuk persegi yang terbuat dari kayu yang disebut Saka Guru dengan 4 tiang utama di tengahnya. Untuk menopang kolom digunakan pelat berlapis yang disebut Tumpang Sari.

Atap Di Berbagai Budaya: Tradisi Dan Inovasi

Rumah panjang Kalimantan Barat memiliki tinggi 5-8 meter, panjang 180 meter, dan lebar 6 meter. Rumah panjang tersebut memiliki sekitar 50 kamar yang dihuni oleh beberapa keluarga, termasuk satu keluarga inti.

Mengungkap Pesona Rumah Limas, Bangunan Tradisional Khas Indonesia Halaman 1

Gunakan itu

Artikel Terkait

Leave a Comment